Mencermati hasil Quick count Pemilu 2009, memang tidak bisa dipungkiri hhasilnya tetap relatif sama dengan survey yang dolakukan sebelum pemilu terjadi. Partai demokrat memimpin di urutan suara 1 seterusnya Golkar dan PDIP untuk urutan 2 dan 3, dimana antar demokrat dan golkar suaranya terpaut jauh sedangkan antara golkar dan PDIP suaranya hampir tidak ada perbedaan (berada dalam margin error).
Kenapa?
Sebelum berangkat ke TPS saya sempat sedikit bercengkrama dengan beberapa warga di sekitar rumah mengenai pemilu kali ini, tepatnya mengenai pilihan. Diantaranya dengan amak-amak sekitar 72 tahun, apak-apak petani 60 tahun, pegawai negeri 46 tahun dan beberapa rekan muda.
Saya : “ ba mak? Sia nan ko di piliah beko t..?”
Amak : “dek amak yo SBY juo nye, demokrat se lah piliah..”
Saya : “ lai obeh dek mak calegnye demokrat ti ?”
Amak : “ ma pulo ko obeh dek mak, amak ndak negok TV bagai deh ..”
Saya : “ntu baa ko dek demokrat piliah..?”
Amak : “ SBY tu lai rancak nogori dek inyo, pengangkatan banyak ( PNS ), gaji naiak, yo lai tonang rasonye..wak piliah demokrat kini nak monang pula SBY bisuak baliak...”
Perbicangan dengan yang lain juga berakhir seperti itu,untuk memenagkan SBY lagi.
Saya melihat memang, mesin politik demokrat tidak begitu baik jalannya, tidak ada kader-kader partai yang bekerja secara optimal (di lapangan ) untuk mensosialisasikan partai secara utuh kepada seluruh kalangan masyarakat. Malah PKS sabgat aktif dlam mensosialisasikan parta dan calegnya kepada masyarakat. Saya melihat hampir setiap hari ada kader PKS yang turun kemasyarakat untuk mensosialisasikan partai.
Sehingga melihat kondisi ini memang sosok SBY menjadi aset penting bagi demokrat dan menjadi penentu utama dalam kemenagan demokrat kali ini.
Kalau ada yang mengatakan iklan sangat berkorelasi positif dengan kemengan partai, maka gerindra lah seharusnya yang menjadi pemenang. Kalau ada yang mengatakan demokrat menang karena kader partai berjuang keras, maka PKS lah seharusnya yang menag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar